Pertumbuhan perbankan syariah yang
signifikan jika dibandingkan dengan perbankan konvensional nilainya
masih relatif kecil. Perlu memperluas akses ekonomi syariah agar lebih
dikenal masyarakat luas.
penduduk muslim terbesar di dunia
menjadi salah satu pendorongnya. Ada beberapa strategis yang siap
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk merealisasikan target
tersebut. Berikut petikan wawancara dengan Ketua Dewan
Komisioner OJK Muliaman D Hadad.
Pada tahun lalu pertumbuhan bank syariah cenderung turun. Pendapat Bapak?
Memang
betul pada 2014 terjadi penurunan. Tapi, sebetulnya bukan hanya terjadi
pada bank syariah. Bank umum juga serupa malah pertumbuhan kreditnya
hanya 12%. Penyebabnya adalah penurunan ekonomi yang menyebabkan
berkurangnyademand. Saya kira ini cukup memukul industri keuangan
syariah. Dikarenakan, syariah masih sangat elementer.
Sehingga,
sangat terkait langsung dengan sektor riilnya. Kalau sektor riilnya
lemah, maka keuangan syariah juga lemah. Tapi sebenarnya, hal itu tidak
perlu dikhawatirkan, apalagi moderasi ini hanya sementara. Nah, tentu
saja tantangan dalam situasi seperti ini adalah bagaimana bisa meyakini
industri keuangan syariah lebih kreatif menciptakan produk- produk
sesuai kebutuhan. Sekaligus, membangun sinergi dengan lembaga keuangan
lain. Agar kemudian bisa menutupi berbagai kekurangan akibat penurunan
ekonomi.
Bagaimana dengan pertumbuhan bank syariah tahun ini?
Tahun
ini sepertinya bank syariah akan tumbuh lebih tinggi. Dari rencana
bisnis mereka, ditargetkan pertumbuhan pembiayaan sekitar 25,8%. Jauh
lebih tinggi dari bank konvensional yang merencanakan hanya 16,4%.
Artinya, pelaku industri perbankan syariah tetap optimistis bisa terus
tumbuh dan berkembang.
Seperti apa tantangannya?
Memang
tantangannya luar biasa berat. Pertama, basis konsumen lembaga keuangan
syariah harus terus diperluas. Jadi, harus menambah nasabah baru. Jangan
itu-itu lagi. Di antaranya, memanfaatkan dana-dana murah. Salah satu
kelebihan dari bank syariah adalah banyak danadana murah yang mungkin
bisa dimanfaatkan dan dikelola dan dijadikan sebagai pembiayaan.
Kalau
tidak, perbankan syariah harus bersaing dengan bank-bank umum. Itu akan
berat bagi bank syariah. Karena itu, harus benar- benar kreatif
memanfaatkan produk antara dana-dana sosial dengan dana-dana komersial.
Pada tahun lalu pertumbuhan porsi dana mahal perbankan syariah cepat
sekali. Ketergantungan kepada deposito semakin besar. Artinya, nanti
jualnya juga semakin mahal.
Kedua, harus dibangun sinergi yang
konstruktif dengan induknya. Jangan mereka bersaing. Jadi, saya akan
panggil perusahaan-perusahaan induk dan meminta komitmen mereka. Saya
mendengar, ada induk yang juga masuk ke pasar sama. Terus komitmen
menambah modal tidak pernah direalisasikan. Walaupun, saya melihat
banyak yang berkomitmen tinggi. Artinya, setiap tahun secara rutin
meng-inject tambahan modal. Tapi, membangun sinergi dengan induk itu
merupakan sesuatu hal yang penting.
Seperti bersinergi dalam
mendistribusikan produk. Apalagi, jaringan bank konvensional sudah jauh
lebih luas dari pada syariah. Ketiga, adalah mengembangkan produk-
produk yang mungkin bisa di-link ke industri keuangan lain. Takaful atau
reksa dana syariah bisa menjadi alternatif.
Bagaimana target market share perbankan syariah menjadi 20%?
Menjadikan
market share 20% itu memerlukan waktu. Ini akan banyak ditentukan oleh
edukasi dan sosialisasi. Jadi, tugasnya berat. Makanya, saya ingin arah
dan pengembangannya harus clear dengan membuat roadmapkeuangan syariah.
Jangka panjang memang, tapi harus dibuat fondasinya dari awal.
Seperti apa roadmap nya?
Kita
memerlukan arah yang jelas dan clear. Apalagi sebenarnya keuangan
syariah di Indonesia tidak hanya bank syariah. Tapi, ada juga pasar
modal syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, penjaminan syariah,
dan sebagainya. Semua sudah ada, hanya skalanya masih kecil-kecil,
tinggal bagaimana mem-besarkan ini.
Misi dan visi dari roadmap
adalah memiliki keuangan syariah yang tidak hanya bisa membuka akses ke
bawah. Makanya, kita mendorong financial inclusion. Bank syariah harus
bisa bermain di microfinance . Mengakomodasi perkembangan kelompok
menengah yang tumbuh besar sekali di Indonesia dan pastinya memerlukan
produk lebih bervariasi. Keuangan syariah juga harus mampu mendanai
proyek-proyek besar, karena itu harus besar. Kalau sudah ada semua, maka
bank syariah akan lebih dari sekadar menjadi bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Strateginya seperti apa?
Setelah
melihat persoalan, ada beberapa strategi yang disusun. Di antaranya,
modal yang kurang memadai, produk kurang variatif, dana mahal, efisiensi
rendah, sumber daya manusia belum mumpuni, teknologi belum mendukung,
serta pemahaman masyarakat yang masih kurang. Untuk mengatasi itu, ada
program kerja unggulan yang akan dilakukan.
Berikutnya, kita
ingin agar peran pemerintah menjadi lebih besar. Dulukan, keuangan
syariah seolah-olah muncul dari bawah. Itu berbeda dengan Ma-laysia yang
top down. Ke depan kita ingin menggabungkan dua konsep tersebut dengan
mengajak pemerintah masuk dan membenahi keuangan syariah
Bagaimana dengan pasar modal syariah?
Di
pasar modal ada beberapa isu yang diangkat. Di antarnya, kecenderungan
masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pasar modal syariah. Lagi
pula sumber daya manusia masih terbatas, pasar sukuk sekunder belum
berkembang, kemudian harmonisasi regulasi. OJK akan merespons semua itu.
Beberapa program kerjanya, seperti mengupayakan insentif, memperkuat
kerangka hukum, dan memperluas pelaku pasar.
Di industri
keuangan non-bank (IKNB), OJK akan fokus di asuransi dan dana pensiun.
Ternyata, masalahnya juga sama. Itulah sebabnya, OJK akan membuat agenda
di bidang asuransi yang terkait dengan sumber daya manusia. Mungkin
sebelumnya dilakukan sosialisasi bidang asuransi syariah itu apa.
Kemudian, sumber daya manusia-nya harus memiliki sertifikasi profesi,
juga meningkatkan peran dewan pengawas syariah.
Sumber: Sindo News