Kebahagiaan sering kali dianggap sebagai tujuan kehidupan. PBB kembali meluncurkan laporan tahunan World Happiness Report (WHR) 2022. Dari 146 negara yang dikaji tingkat kebahagiaan warganya, dimana posisi Indonesia?
World Happiness Report (WHR) atau Laporan Kebahagiaan Dunia pertama kali dirilis pada 2 April 2012 dalam laporan 'Mendefinisikan Paradigma Ekonomi Baru: Laporan Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Kesejahteraan dan Kebahagiaan.' Pada tanggal 28 Juni 2012, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi Resolusi 66/281 yang menyatakan tanggal 20 Maret sebagai Hari Kebahagiaan Internasional. Saat ini WHR dirilis setiap tahun sebagai bagian dari perayaan Hari Kebahagiaan Internasional.
WHR 2022 memotret tingkat kebahagiaan rata-rata negara selama tahun 2019-2021. Survei dilakukan dengan menanyakan kepuasan hidup responden setahun terakhir dalam 0 (sangat tidak baik) hingga 10 (sangat baik). Survei dilakukan oleh Gallup World Poll kepada +/- 1000 responden di setiap negara. Skor kepuasan hidup kemudian dibandingkan dengan enam indikator multi dimensi. Ke enam indikator tersebut adalah produk domestik bruto per kapita, bantuan sosial yang diterima, tingkat harapan hidup, kebebasan membuat pilihan hidup, kedermawanan, dan pandangan responden terhadap tingkat korupsi di negaranya.
WHR 2022 cukup istimewa dikarenakan dapat menggambarkan rata-rata kebahagian di periode krisis COVID-19 yang melanda dunia. Dalam WHR 2022, peneliti memberikan perhatian khusus pada beberapa aspek seperti emosi harian tertentu (komponen pengaruh positif dan negatif) untuk melacak dengan lebih baik bagaimana COVID-19 telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia dalam beberapa tahun terakhir.
Indonesia berada di posisi ke 87, yang bisa disebut sebagai negara dengan tingkat kebahagiaan yang sedang, cenderung rendah. Faktor yang paling menentukan rendahnya peringkat Indonesia adalah persepsi warga terhadap korupsi, di mana skor Indonesia adalah 0,05 (hanya 1/10 dari skor Singapura 0,59). Namun Indonesia menunjukkan skor tertinggi dunia (0,47) dalam hal kedermawanan, jauh lebih tinggi dari Singapura (0,16).
Hakikat Kebahagiaan dalam Islam
Kebahagiaan dalam Islam, pada dasarnya merujuk pada salah satu kata bahasa Arab sa’adah, bentukan dari suku kata sa’ada, yang berarti bahagia. Dalam tradisi ilmu tasawuf, Imam al-Ghazali menyampaikan dalam karyanya Ihya Ulumiddin, bahagia merupakan sebuah kondisi spiritual, saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT, dan puncak kebahagiaan manusia adalah jika ia berhasil mencapai tahap makrifat, yaitu telah mengenal Allah SWT.
Dalam ekonomi Islam, kebahagiaan juga menjadi aspek yang sangat penting karena dianggap dapat merefleksikan pencapaian falah di dunia. Falah sendiri adalah kesuksesan di dunia di akhirat yang mencakup multidimensi. Bukan hanya ekonomi, namun juga kesehatan, sosial, kebebasan, intelektual dan lain sebagainya.
Analisis perbandingan tingkat kebahagiaan warga satu negara dengan negara lain bukan masalah sederhana. Namun penyusun WHR dapat menjadi salah satu wahana untuk mengukur seberapa salah satu komponen falah dapat tercermin dalam angka.
Melalui WHR, setiap negara (pemerintah dan masyarakat) diharapkan dapat melakukan perbaikan arah pembangunan di masa depan demi mewujudkan kehidupan negara yang sejahtera.