Belajar mengenai ekonomi, tentu
tidak dapat terlepas dari definisi dan juga asal muasal kata tersebut. Ekonomi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu oikos
yang berarti rumah tangga dan nomos
yang berarti tata atau aturan. Secara sederhana dapat kita katakan, ekonomi adalah
aturan mengenai pengelolaan sumberdaya yang ada untuk memaksimalkan kepuasaan
individu seseorang. Hal tersebut diperoleh dari kegiatan konsumsi, produksi dan
distribusi. Selain itu, ekonomi pun memiliki beberapa sistem yang berbeda sesuai dengan
keputusan yang diambil oleh tiap negara. Kapitalisme dan sosialisme merupakan
dua kubu magnet dalam sistem ekonomi yang tidak asing lagi di telinga kita. Sistem kapitalisme bertumpuh pada
kreativitas setiap individu untuk mengekploitasi sumberdaya yang tersedia tanpa
adanya batasan langsung oleh negara. Kapitalisme memberikan jalan kebebasan kepada
masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi dengan tujuan untuk memperkaya
diri. Sehingga orang-orang akan lebih terdorong untuk berkreativitas dan produktif. Sistem lain yang berbeda dengan kapitalisme adalah sosialisme. Sistem ini memiliki prinsip bahwa segala sumberdaya yang menyangkut hidup orang banyak diolah oleh
pemerintah. Sehingga kekayaan individu dapat terpenuhi apabila seluruh masyarakat
telah sejahtera. Penggunaan sistem tersebut adalah sepenuhnya buatan manusia yang bertujuan untuk mengatur kehidupan
manusia sedemikian rupa agar mencapai kepuasaan. Kedua sistem tersebut lah yang mengakar di benak manusia terkait dengan ekonomi, sehingga disebutlah sebagai ekonomi konvensional.
Seiring berjalannya waktu, ekonomi konvensional telah memiliki banyak kelemahan dalam aspek kehidupan manusia. Sedikit demi sedikit sistem ekonomi konvensional tidak lagi dapat mengatasi beberapa masalah kehidupan, terutama dalam hal kesenjangan sosial, bahkan justru menciptakan masalah yang tidak ber-kemanusiaan. Krisis Amerika pada tahun 2008 tidak lepas dari praktik sistem ekonomi konvensional dalam memainkan tingkat suku bunga. Pada saat itu tingkat suku bunga mendekati nol sehingga masyarakat banyak berspekulasi dengan menggunakan dana KPR dalam berinvestasi pada properti. Pada saat tingkat suku bunga mulai meningkat, masyarakat kewalahan untuk mengembalikan dana yang dipinjam. Ditambah lagi minat masyarakat terhadap properti yang semakin berkurang sehingga masyarakat harus menanggung dana yang lebih besar dibandingkan harga dari properti tersebut. Hal tersebut menyebabkan krisis besar-besaran terjadi di Amerika yang juga merembes ke berbagai negara di dunia termasuk Bursa Efek Indonesia. Poin dari krisis ekonomi tersebut ialah hakikat manusia sebagai makhluk yang rakus terhadap harta, sehingga mereka berusaha untuk memaksimalkan kepemilikan harta yang dimiliki untuk dirinya. Akibatnya, sistem buatan manusia itu sendiri yang menghancurkan manusia.
Dengan berbagai tujuan yang telah diatur oleh Allah, ekonomi islam hadir sebagai penyejuk ditengah sekelumit permasalahan mengenai harta dan turunannya. Dimulai dengan memandang harta itu sendiri. Islam memandang segala sesuatu di muka bumi ini ialah mutlak merupakan kepemilikan Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta dan segalanya. Manusia dihadirkan dimuka bumi ialah untuk mengabdi kepada Allah SWT dan juga sebagai pemimpin dalam mengatur muka bumi ini, termaksud masalah harta. Ekonomi islam menghargai kreativitas setiap manusia, karena setiap orang diberikan kemampuan yang berbeda-beda, namun bukan berarti menghiraukan hak yang berkemampuan terbatas. Harta dipandang sebagai media untuk berinteraksi, berbagi satu sama lain, bekerja sama demi mencapai falah (kebahagiaan) yang dicita-citakan. Sehingga ekonomi islam pun tak lepas dari segala sirkulasinya. Merujuk kepada bangunan yang tak ber-ventilasi, segala yang ada di dalam ruangan tersebut pun akan terasa sumpek, karena hakikat udara ialah untuk menyegarkan bukan untuk mematikan.
Memperjelas mengenai sirkulasinya, ekonomi islam menganjurkan kepada umat muslim untuk menggerakkan hartanya di jalan kebaikan. Mendirikan usaha merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Apabila usaha yang dilakukan menghasilkan kekayaan yang besar, bukan ekonomi islam bila hanya membiarkan harta tersebut membengkak. Ekonomi islam menganjurkan berzakat, bersedekah, berinfaq, berwakaf, dan lain-lainnya sehingga adanya jaminan kehidupan bagi setiap insan. Harta akan terus mengalir dinamis dari orang yang memiliki banyak harta kepada orang yang kekurang harta. Tercatat bahwa pada zaman kekhalifaan Umar bin Abdul Aziz bahkan tidak dijumpai satu pun yang berhak menerima zakat, sehingga duganakanlah dana tersebut untuk memerdekakan budak. Dengan banyaknya zakat, maka praktik-praktik kecurangan seperti penimupanan akan dapat teratasi. Akhirnya, dengan sirkulasi dalam ekonomi islam, sistem akan memanusiakan manusia.
Ekonomi islam bukan berdasarkan naluri manusia, atau menuruti nafsu semata. Namun, merupakan salah satu puzzle dari kesempurnaan islam dimana telah diatur oleh Allah SWT jauh sebelum sistem ekonomi saat ini hadir. Tidak lucu lagi apabila kita mempertanyakan kesempurnaan sistem yang dibuat oleh Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Dengan usia manusia yang terbatas (angka harapan hidup manusia berkisar 70an tahun), harta di dunia haruslah diolah dan dijalankan sesuai dengan syariat yang telah disyariatkan-Nya. Sebab, segala sesuatu di dunia ini ialah hanya sementara dan sebaik-baiknya bekal di dunia ialah amal perbuatan kita. Allah SWT berfirman:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Hadid: 20]
Demikianlah islam dalam ekonominya mengatur harta dan manusia. Semoga menjadi pencerah ditengah gundah dan gulananya hati. Mari memperbaiki diri dan memulai kehidupan yang lebih baik. Wallahu a’lam bisshawab.
Referensi:
Chaudhry, Muhammad Syarif. 2012. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana
Voa-khilafah.com