Situs Resmi DPP IAEI - Contact Center 021-3840059
Tetap Terhubung Bersama IAEI di Media Sosial Facebook , TwitterInstagram dan Youtube Channel dengan tagar #EkonomiIslam

Pasar modal Syariah Kurang Sosialisasi

Updated: Selasa 4 November 2014 - 16:19 Kategori: Umum Posted by: Ricky Dwi Apriyono

Jakarta - Pengamat ekonomi syariah dari Universitas Paramadina Handi Risza mengakui, instrumen syariah di Indonesia masih fokus pada perbankan syariah. Padahal, reksa dana syariah dan pasar modal syariah adalah instrumen yang seharusnya tumbuh dan berkembang. Menurutnya, fokus dari instrumen syariah masih terkonsentrasi ke bank. Sehingga, tidak semua orang memanfaatkan reksa dana syariah atau pasar modal syariah. Ia menyebutkan, ada dua penyebab.

"Pertama, kurangnya informasi yang diterima pelaku pasar mengenai pasar modal syariah. Sehingga, masyarakat menjadi tidak tahu," ujarnya kepada Republika di Jakarta, pekan lalu.

Seharusnya, kata dia, sosialisasi ini dilakukan oleh regulator. Sehingga, informasi mengenai dua jenis investasi itu sampai ke publik dengan baik.

Penyebab kedua, instrumen yang ditawarkan reksa dana syariah atau jauh berbeda dengan instrumen investasi konvensional. Ini ditambah dengan fakta bahwa masyarakat yang loyal terhadap prinsip Islam tidaklah banyak. Masyarakat masih berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan.

Untuk itu, ia menegaskan harus ada pengembangan produk. Meski ia mengakui ini tidak mudah karena harus melibatkan Dewan Syariah Nasional (DSN), ia menilai, persoalan itu harus diselesaikan. 

Sehingga, tidak ada keraguan yang timbul dari masyarakat dan produk investasi itu sesuai dengan prinsip syariah.

Untuk itu, ia berharap, pemerintahan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berpihak pada ekonomi syariah, termasuk pasar modal syariah dan reksa dana syariah.

Ia juga meminta Jokowi, mempertahankan apa yang sudah dilakukan untuk memperbesar ekonomi syariah pada masa Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Pada zaman SBY kan sampai menerbitkan obligasi syariah (sukuk) negara. Jokowi diharapkan bisa mempertahankannya, bahkan kalau perlu dikembangkan," ujarnya.

Kalau perlu, kata dia, pembiayaan perumahan, pertanian, kontruksi, hingga infrastruktur bisa menggunakan skema syariah.

Artinya, harus jelas arahannya mau dibawa kemana. Namun, kata dia, pelaku industri juga harus proaktif supaya pemerintah mengetahui persoalan yang dihadapi. Caranya, dengan mengajukan proposal terbaru atau membentuk konsorsium.

"Karena, kalau hanya menunggu langkah pemerintah, ya lama. Tidak ada jaminan, jadi kita harus aktif memberikan solusi," ujarnya.

Ia berharap, kemajuan ekonomi syariah jangan sampai berkurang atau mundur. Artinya, harus tetap ada keberlanjutan. Ia mencontohkan, instrumen produk di Malaysia sudah berkembang pesat. Tidak hanya perbankan, tapi juga nonperbankan, termasuk pasar modal dan reksa dana.

Malaysia juga sudah jauh lebih baik melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Sehingga instrumen produk itu cepat dipergunakan. "Malaysia memang memanfaatkan potensi pasar karena disana kelas menengahnya kan besar sekali. Tidak hanya itu, mereka juga membidik pangan pasar negara Timur Tengah" ujarnya.

Sumber : Republika hal.18, 4 /11